NEW CHAPTER OF TEACHING!

Minggu, 16 November 2008


By Idham Badruzaman*

Hari itu aku sudah sangat lelah melakukan aktifitas selama seharian penuh. Bayangan kasur, bantal, bantal guling dan selimut menari-nari didepanku laksana seorang Geisha yang dengan lemah gemulai menarik-narik tanganku untuk datang kepelukannya. Uhhh ... so attractive! Namun rupanya aktifitasku belum usai. Masih ada satu lagi pekerjaan mulia yang orang bilang tanpa tanda jasa: mengajar bahasa. Inggris tentunya. Dengan langkah gontai, kupaksakan aku pergi menemui para syuhada yang sedang haus menanti tetesan ilmu. Bismillahirrohmanirrohim ...
Sesampai di kelas kontan aku tersenyum, energic dan penuh semangat. I think training yang selama 6 hari berfungsi dengan baik. Efeknya bereaksi dengan tiba-tiba. Dengan sendirinya menuntunku untuk berbuat sebuah aktivitas mengajar yang reformatif dan efektif. Rupanya Tempaan pada besi telah membuatnya menjadi baja disadari atau tidak. kepada aku sekalipun. Aku yang kata beberapa orang bilang bahwa I was not focus on participating the training. Tapi rupanya tempaan pada besi itu begitu kuat. Sehingga mampu mengubah besi yang aneh sekalipun menjadi baja J
Aku mengajar siswa kelas 12 atau kelas 3 SMA. Sehingga tergambar jelas bayangan UAN mengintimidasiku setiap kali aku mengajar. Jelas aku tidak bisa memulai dari awal lagi untuk pembelajaran baru ini kepada mereka. Karena memang materi yang harus disampaikan cukup banyak buat mereka. Disisi lain akupun tidak mau meruntuhkan piramid yang sedang aku bangun bersama 24 guru lain di jawa dan 25 guru lainnya di Sumatra. Akhirnya aku memutuskan untuk terus melanjutkan materi yang ingin aku sampaikan kepada mereka, tapi dengan pengantar bahasa Inggris, no translation, using classroom language which is simple and easy dan membuatnya bergerak dan bergerak sehingga it will keep them awake and ready.
Pada kesempatan itu, materi yang aku ajarkan adalah passive voice. Something came up in to my head suddenly. Di menit-menit terakhir, setelah aku membuatnya pindah-pindah untuk aktifitas pairs dan kelompok. Aku pun membaginya menjadi dua kelompok, kemudian menyuruhnya untuk berbaris berhadapan. Aku memulai dengan mengucapkan active voice dan melemparkannya pada orang pertama di salah satu kelompok. Dia harus bisa menggantinya dengan passive voice. Kemudian dilanjutkan oleh teman disampingnya untuk melontarkan kalimat aktiv kepada orang pertama di kelompok kedua. Kemudian setelah orang pertama kelompok dua menjawab, dilanjutkan dengan orang kedua dari kelompok dua untuk melemparkan kalimat aktif. Begitu pun juga seterusnya. Namun jika ada yang salah mengucapkan kalimat passive, maka dia harus pindah kelompok. Begitupun juga jika mereka mengucapkan kalimat passive padahal kalimat itu tidak mempunyai kalimat passive maka dia harus pindah kelompok juga. Contohnya she cooks tomorrow. Tentu tidak mungkin ada kalimat she is cooked tomorrow. Jika memang tidak ada passive nya maka si anak harus bilang “No passive voice”. Jika tidak bilang, dia pun harus pindah. Anak yang cerdas, biasanya akan berfikir untuk mencari pertanyaan yang tricky, yaitu pertanyaan yang tidak ada passive voicenya.
In the end, kelompok yang mempunyai anggota paling banyak adalah kelompokyang menang. It was happy ending!


* He is a learner who is also a teacher in Krapyak Islamic Boarding School - Yogyakarta

0 komentar: